MALAMNISFU SYABAN Bada Maghrib 20 April 2019 Sabtu malam Minggu adalah malam ke 15 bulan Syaban. Malam Nisfu Syaban jatuh pada pertengahan bulan Syaban atau tanggal 15 Hijriah. Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki dalam kitab Mâdzâ fî Syabân merinci setidaknya ada tiga amalan penting yang bisa dilakukan pada malam nisfu syaban.
Bagisobat yang ingin mengoleksi DP BBM Nisfu Sya'ban Bergerak Terbaru 2017 bisa langsung dapat di download gratis sekarang juga. Gambar animasi gif malam Nisfu Sya'ban dengan ukuran dan resolusi terbaik yang siap untuk sobat miliki dan dengan berbagai model yang berbeda sehingga sobat bisa memilih dengan gambar bergerak yang berbeda menurut selera yang disukai.
Kitasemakin dekat ke Ramadhan dan malam ini sudah Nisfu Sya'ban atau juga dikenal sebagai Lailah al Takfir (malam pengampunan) dan Lailah al Ijabah (malam keberuntungan) 10. Doa adalah bahasa terindah dari rasa. Dengan doa kita berbicara, bercerita dan mengumbar rasa pada Sang Pencipta. Ada lima malam yang doa tidak akan ditolak, yaitu:
Itulahpenjelasan mengenai apa itu Nisfu Syaban dan amalan-amalan yang bisa ditunaikan. Semoga dengan mengetahui dan mengamalkan beberapa amalan saat malam Nisfu Syaban di atas, Allah SWT akan membalasnya dengan kebaikan bagi umay Islam. Kebenaran hanya milik Allah SWT dan sebagai hamba-Nya, tugas kita hanya beribadah dan mendekatkan diri pada-Nya.
Apaitu Nisfu Syaban. Mengutip Kompas.com, (23/4/2019), Nisfu Syaban adalah peringatan pada tanggal 15 bulan kedelapan (syaban) dari kalender Islam. Pada Nisfu Syaban juga dikenal sebagai Laylatul Bara'ah atau Laylatun Nisfe min Syakban di dunia Arab dan sebagai Shab-e-barat di Afghanistan, Bangladesh, Pakistan, Iran, dan India.
ZZdE. loading...Setidaknya terdapat tiga amalan yang dapat dilakukan pada malam nisfu Sya’ban. Foto/Ilustrasi Ist Sebentar lagi kita akan memasuki bulan Sya'ban ; bulan mulia yang dihimpit di antara bulan yang mulia pula. Bulan yang di dalamnya memiliki waktu istimewa di pertengahanya, yang dinamakan dengan Nisfu Sya’ban . Selain puasa, menghidupkan malam Sya’ban juga sangat dianjurkan khususnya malam nisfu Sya’ban pertengahan bulan Sya’ban. Maksud menghidupkan malam di sini ialah memperbanyak ibadah dan melakukan amalan baik pada malam nisfu Sya’ban. Baca Juga Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki menegaskan bahwa terdapat banyak kemuliaan di malam nisfu Sya’ban; Allah SWT akan mengampuni dosa orang yang minta ampunan pada malam itu, mengasihi orang yang minta kasih, menjawab do’a orang yang meminta, melapangkan penderitaan orang susah, dan membebaskan sekelompok orang dari neraka. Setidaknya terdapat tiga amalan yang dapat dilakukan pada malam nisfu Sya’ban. Tiga amalan ini disarikan dari kitab Madza fi Sya’ban karya Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki. Pertama, memperbanyak doa. Anjuran ini didasarkan pada hadits riwayat Abu Bakar bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, ينزل الله إلى السماء الدنيا ليلة النصف من شعبان فيغفر لكل شيء، إلا لرجل مشرك أو رجل في قلبه شحناء “Rahmat Allah SWT turun ke bumi pada malam nisfu Sya’ban. Dia akan mengampuni segala sesuatu kecuali dosa musyrik dan orang yang di dalam hatinya tersimpan kebencian kemunafikan,” HR Al-Baihaqi. Baca Juga Kedua, membaca dua kalimat syahadat sebanyak-banyaknya. Dua kalimat syahadat termasuk kalimat mulia. Dua kalimat ini sangat baik dibaca kapan pun dan di mana pun terlebih lagi pada malam nisfu Sya’ban. Sayyid Muhammad bin Alawi mengatakan, seyogyanya seorang muslim mengisi waktu yang penuh berkah dan keutamaan dengan memperbanyak membaca dua kalimat syahadat, La Ilaha Illallah Muhammad Rasululullah, khususnya bulan Sya’ban dan malam pertengahannya. Ketiga, memperbanyak istighfar. Tidak ada satu pun manusia yang bersih dari dosa dan salah. Itulah manusia. Kesehariannya bergelimang dosa. Namun kendati manusia berdosa, Allah SWT senantiasa membuka pintu ampunan kepada siapa pun. Karenanya, meminta ampunan istighfar sangat dianjurkan terlebih lagi di malam nisfu Sya’ban. Sayyid Muhammad bin Alawi menjelaskan, istighfar merupakan amalan utama yang harus dibiasakan orang Islam, terutama pada waktu yang memiliki keutamaan, seperti Sya’ban dan malam pertengahannya. Istighfar dapat memudahkan rezeki, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadits. Pada bulan Sya’ban pula dosa diampuni, kesulitan dimudahkan, dan kesedihan dihilangkan. Baca Juga Keutamaan Malam Nishfu Sya’ban memiliki keutamaan. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW يَطَّلِعُ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى إِلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، فَيَغْفِرُ لِـجَمِيْعِ خَلْقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ. “Allah Ta’ala melihat kepada makhluk-Nya pada malam Nishfu Sya’ban, lalu Dia mengampuni seluruh makhluk-Nya kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.”Hadits tersebut shahih. Syaikh al-Albani rahimahullah berkata, “Hadits shahih, diriwayatkan dari beberapa orang sahabat dengan beragam jalan yang saling menguatkan antara satu dengan lainnya. Di antaranya, Mu’adz bin Jabal, Abu Tsa’labah al-Khusyani, Abdullah bin Amr, Abu Musa al-Asy’ari, Abu Hurairah, Abu Bakr ash-Shiddiq, Auf bin Malik, juga Aisyah Radhiyallahu anha”Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah III/135-139, no. 1144 Dari Abu Tsa’labah ra, Nabi SAW, إِذَا كَانَ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ اطَّلَعَ اللهُ إِلَى خَلْقِهِ فَيَغْفِرُ لِلْمُؤْمِنِيْنَ.
Hari atau malam pertengahan bulan Sya'ban 15 Sya'ban. Nisfu artinya setengah atau seperdua dan Sya'ban adalah bulan kedelapan dalam perhitungan tahun Hijriyah. Kata Sya'ban berasal dari kata syi'ab jalan di atas gunung. Dikatakan Sya'ban karena pada bulan itu ditemui berbagai jalan untuk mencapai kebaikan. Malam Nisfu Sya'ban dimuliakan karena pada malam itu, dua malaikat, yakni Raqib dan Atid yang mencatat amal perbuatan manusia sehari-hari, menyerahkan catatan-catatan amal tersebut kepada Allah SWT. Pada malam itu pula catatan-catatan itu ditukar dengan yang baru. Hal itu sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, "Bulan Sya'ban itu bulan yang biasa dilupakan orang, karena letaknya antara bulan Rajab dan bulan Ramadhan. Ia adalah bulan yang diangkatkan Tuhan amal-amal. Saya ingin diangkatkan amal saya ketika sedang berpuasa." HR An-Nasa'i dari Usamah, sahabat Nabi SAW. Di samping itu, pada malam Nisfu Sya'ban turun beberapa kebaikan dari Allah SWT untuk hamba-hamba-Nya yang berbuat baik pada malam tersebut. Kebaikan-kebaikan itu berupa syafaat pertolongan, maghfirah ampunan, pembebasan dari azab, dan sebagainya. Dengan demikian, malam Nisfu Syakban antara lain dinamakan juga malam syafaat, malam maghfirah, dan malam pembebasan. Sehubungan dengan malam Nisfu Sya'ban yang dinamakan juga malam syafaat, Al-Ghazali mengatakan, "Pada malam ke-13 Sya'ban, Allah SWT memberikan kepada hamba-hamba-Nya sepertiga syafaat, pada malam ke-14 diberikan-Nya pula dua pertiga syafaat, dan pada malam ke-15 diberikan-Nya syafaat itu penuh. Hanya yang tidak memperoleh syafaat itu ialah orang-orang yang sengaja hendak lari dari pada-Nya sambil berbuat keburukan seperti unta yang lari." Malam itu juga disebut malam maghfirah karena pada malam itu Allah SWT menurunkan ampunan-Nya kepada segenap penduduk bumi. Di dalam hadis Rasulullah SAW dijelaskan, "Tatkala datang malam Nisfu Sya'ban, Allah memberikan ampunan-Nya kepada penghuni bumi, kecuali bagi orang yang syirik dan berpaling pada-Nya." HR Ahmad. Selain itu malam Nisfu Sya'ban disebut malam pembebasan karena pada malam itu Allah SWT membebaskan manusia dari siksa neraka. Sabda Nabi SAW di dalam hadis yang diriwayatkan Ibn Ishak dari Anas bin Malik, "Wahai Humaira Asiyah RA apa yang engkau perbuat pada malam ini? Malam ini adalah malam Nisfu Sya'ban, di mana Allah memberikan kebebasan dari neraka laksana banyaknya bulu kambing Bani Kalb, kecuali yang tidak dibebaskan enam, yaitu orang yang tidak berhenti minum khamr, orang yang mencerca kedua orangtuanya, orang yang membangun tempat zina, orang yang suka menaikkan harga secara aniaya, petugas cukai yang tidak jujur, dan tukang fitnah." Dalam riwayat lain disebutkan tukang pembuat patung atau gambar sebagai ganti petugas cukai. Rasulullah SAW hanya memperbanyak puasa saat bulan Sya'ban. Salah satu amal yang dilakukan sebagian orang pada malam Nisfu Sya'ban adalah shalat sunah Nisfu Syakban sebanyak 100 rakaat. Shalat sunah tersebut ditentang keras oleh Imam Nawawi dalam kitabnya Al-Majmu' Syarh Al-Muhazzab Kumpulan Penjelasan tentang Buku Al-Muhazzab. An-Nawawi memandang hadis-hadis yang menerangkan shalat tersebut adalah hadis maudu' hadis palsu. Oleh karena itu, melaksanakan shalat tersebut adalah bid'ah. Apa yang diungkapkan Imam Nawawi diikuti pula oleh Sayid Abu Bakar Syata ad-Dimyati ahli tasawuf dalam kitabnya, I'anat At-Talibin Panduan bagi Siswa. Rasulullah SAW hanya memperbanyak puasa saat bulan Sya'ban. Hal ini tampak dari hadis yang berasal dari Aisyah RA yang berkata, “Rasulullah SAW berpuasa hingga kami mengatakan; beliau tidak berbuka, dan beliau berbuka hingga kami mengatakan; beliau tidak berpuasa. Dan, tidaklah aku melihat Rasulullah SAW menyempurnakan puasa satu bulan sama sekali kecuali pada bulan Ramadhan. Dan tidaklah aku melihat beliau dalam satu bulan lebih banyak melakukan puasa daripada berpuasa pada bulan Sya'ban.” HR Bukhari dan Muslim. Dalam Riwayat Muslim yang lain disebutkan beliau berpuasa pada bulan Sya'ban kecuali sedikit hanya beberapa hari saja tidak berpuasa. Dari Usamah bin Zaid, ia berkata, “Saya berkata kepada Rasulullah SAW, 'Ya Rasulullah, saya belum pernah melihat engkau berpuasa pada satu bulan dari bulan-bulan lainnya sebagaimana engkau berpuasa pada bulan Sya'ban?' Rasulullah SAW menjawab, 'Bulan itu adalah bulan yang sering dilupakan manusia, yaitu antara Rajab dan Ramadhan. Dan, ia adalah bulan yang diangkat di dalamnya seluruh amalan kepada Rabb semesta alam maka aku menginginkan amalanku diangkat dalam keadaan aku berpuasa.'” HR al-Nasa`i. Ustaz Bachtiar Nasir menukil Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Iqtidha' al-Shirath al-Mustaqim, mengatakan, banyak sekali diriwayatkan tentang keutamaan malam Nisfu Sya'ban ini hadis-hadis Nabi SAW dan atsar-atsar perkataan sahabat yang menunjukkan bahwa malam ini memang ada keutamaannya. Sedangkan, mengenai amalan khusus atau shalat khusus yang dilakukan pada malam ini maka para ulama mengatakan tidak ada dasar dan dalilnya dalam syara'. Adapun hadis berikut yang diriwayatkan dari Ali, Rasulullah SAW bersabda, “Apabila malam Nisfu Sya'ban maka shalatlah pada malam harinya dan berpuasalah pada siang harinya. Sesungguhnya Allah turun ke langit bumi pada saat itu ketika matahari terbenam, kemudian Dia berfirman, 'Adakah orang yang meminta ampun kepada-Ku maka Aku akan mengampuninya? Adakah orang yang meminta rezeki maka Aku akan memberinya rezeki? Adakah orang yang mendapat cobaan maka Aku akan menyembuhkannya? Adakah yang begini, dan adakah yang begini, hingga terbit fajar.” HR Ibnu Majah. Kebanyakan para ulama hadis menilai hadis ini maudhu' palsu karena dalam sanadnya ada perawi yang terkenal sebagai pemalsu hadis Nabi SAW, yaitu Ibnu Abi Sabrah. Imam Ahmad dan Yahya bin Ma'in mengatakan bahwa ia biasa memalsukan hadis. Meskipun mayoritas ulama mengatakan bahwa semua hadis tentang keutamaan malam Nisfu Sya'ban itu dhaif, ada juga ulama yang mengatakan bahwa ada hadis yang paling tidak adalah hadis hasan yang bisa dijadikan sebagai dalil tentang keutamaan malam itu. Adapun mengkhususkan malam Nisfu Sya'ban dengan ibadah tertentu, seperti baca surah Yasin tiga kali atau shalat tertentu yang hanya dilakukan pada malam itu, begitu juga dengan doa khusus Nisfu Sya'ban maka itu tidak ada dalilnya. Menurut Ustaz Bachtiar Nasir, jika pun mengikuti pendapat yang mengatakan bahwa malam Nisfu Sya'ban itu memiliki keutamaan, hendaknya diisi dengan memperbanyak dan meningkatkan ibadah, seperti melakukan shalat malam, membaca Alquran, dan berzikir.
JAKARTA - Di antara 12 bulan penanggalan Islam, Sya'ban menempati urutan kedelapan. Sejarah mencatat, banyak peristiwa besar terjadi pada bulan Sya'ban. Misalnya, perpindahan arah kiblat dari Masjid al-Aqsha menuju Ka'bah QS al-Baqarah 144. Selain itu, turunnya ayat Alquran yang menganjurkan untuk membaca shalawat QS al-Ahzab 56. Rasulullah SAW juga menerangkan, diangkatnya catatan amal manusia juga terjadi tiap bulan Sya'ban. Hal itu disampaikan dalam hadis riwayat Abu Dawud dan Nasa'i. Suatu kali, Usamah bertanya kepada Nabi SAW, "Wahai Rasulullah, kelihatannya tak satu bulan pun yang lebih banyak engkau puasakan daripada bulan Sya'ban?" Nabi SAW menjawab, "Bulan itu sering dilupakan orang karena letaknya antara Rajab dan Ramadhan, sedangkan pada bulan itulah diangkat amalan-amalan kepada Tuhan Rabbul 'Alamin. Maka, saya ingin amalan saya dibawa naik selagi saya dalam keadaan berpuasa." Di bulan ini, banyak kaum Muslimin mengikuti salah satu teladan Rasul SAW, yakni puasa sunnah. Selain itu, ada pula suatu tradisi yang sudah begitu membudaya di Tanah Air. Yakni, peringatan malam Nisfu Sya'ban. Itu adalah malam 15 Sya'ban. Dalam penanggalan sekarang, malam itu terjadi pada 8-9 April 2020. Sarat keutamaan Bagi sebagian kalangan, malam itu dianggap istimewa. Mereka mendasarkan pada hadis dari Mu’adz bin Jabal, dari Nabi SAW. Beliau bersabda, "Allah mendatangi seluruh makhluk-Nya pada malam Nisfu Sya’ban. Dia pun mengampuni seluruh makhluk kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan." Hadis lainnya diriwayatkan dari Abdullah bin Amr, Nabi SAW bersabda, "Allah Azza wa Jalla mendatangi makhluk-Nya pada malam Nisfu Sya’ban, Allah mengampuni hamba-hamba-Nya kecuali dua orang, yaitu orang yang bermusuhan dan orang yang membunuh jiwa." Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan al-Dailami, Imam 'Asakir, dan al-Baihaqy, Rasulullah SAW bersabda, "Ada lima malam di mana doa tidak tertolak pada malam-malam tersebut, yaitu malam pertama bulan Rajab, malam Nisfu Sya'ban, malam Jumat, malam Idul Fitri dan malam Idul Adha." Hadis-hadis di atas, menurut jumhur ulama, termasuk dhaif. Akan tetapi, terdapat riwayat dari generasi tabiin yakni yang menghuni Negeri Syam Suriah. Mereka diketahui gemar menghidupkan malam Nisfu Sya'ban dengan shalat sunah. Di Indonesia, tak sedikit yang biasanya menggelar acara tertentu untuk menghidupkan malam Nisfu Syaban. Misalnya, membaca doa, baik secara sendiri-sendiri maupun beramai-ramai. Cara lainnya, seorang dari jamaah majelis membacakan men-talqin doa tersebut, kemudian jamaah mengikutinya. Atau, salah seorang berdoa dan jamaah lain mengaminkan saja sebagaimana maklumnya. Kegiatan lainnya adalah membaca surat Yasin tiga kali setelah maghrib, baru dilanjutkan dengan berdoa. Intinya, Sya'ban termasuk bulan yang dimuliakan. Rasulullah SAW sendiri menganjurkan agar banyak berpuasa sunah di dalamnya. Apalagi, dalam beberapa hari lagi sejak itu kita akan memasuki bulan suci Ramadhan. Tidak semua umat Islam Indonesia sependapat dengan tradisi menghidupkan malam Nisfu Syaban. Untuk itu, sikap saling menghormati perlu dikedepankan. Terlebih, amaliah menghidupkan malam Nisfu Sya'ban merupakan persoalan fur'iyyah yang hendaknya diisi ibadah untuk mempertebal keimanan. Wallahu a'lam sumber Pusat Data RepublikaBACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini
Ilustrasi berdoa pada malam Nisfu Syaban. Foto REUTERS/Jorge Silva Pada malam Nisfu Syaban, Allah SWT membuka pintu rahmat dan ampunan seluas-luasnya bagi umat Islam. Bahkan SyaikhAbdul Qadir al-Jailaniy mengatakan bahwa Nisfu Syaban adalah malam yang paling mulia setelah Lailatul sebab itu umat Muslim dari generasi terdahulu menghidupkan malam tersebut dengan memperbanyak ibadah dan amal saleh. Jika melewatkannya, seseorang bisa merugi karena keistimewaan malam Nisfu Syaban tidak dapat ditemukan pada malam-malam lainnya. Ilustrasi menyambut bulan suci Ramadhan Foto Shutter StockMengutip buku Dakwah Kreatif Muharam, Maulid Nabi, Rajab, dan Syaban tulisan Udji Asiyah 2016 97, Syekh al-Mubarakfuri menyatakan“Malam tersebut Nisfu Syaban tidak sama dengan malam-malam yang lain. Dan dianjurkan untuk tidak melupakannya, bahkan dianjurkan untuk menghidupinya dengan ibadah, doa, dzikir, dan tafakur.”Untuk menyambut malam Nisfu Syaban yang segera tiba, yuk pahami definisi dan Malam Nisfu SyabanIlustrasi malam Nisfu Syaban. Foto ShutterstockMalam Nisfu Syaban diperingati setiap tanggal 15 di bulan Syaban, dimulai saat matahari tenggelam hingga terbitnya fajar. Berdasarkan penanggalan Masehi, malam tersebut jatuh pada tanggal 28 Maret 2021. Nisfu Syaban disebut juga Lailah At- Takfir atau malam penghapus dosa dan Lailah al Ijabah yang artinya malam dikabulkannya buku 500 Rahasia Islami Pencerah Jiwa tulisan Syamsul Rijal Hamid 2013 408, Rasulullah menganjurkan umat Muslim untuk memperbanyak puasa sunnah dan sholat malam agar mendapat rahmat Allah SWT. Nabi Muhammad SAW bersabda“Apabila malam Nisfu Syaban tiba, dirikanlah malam harinya dengan mengerjakan sholat sunnah dan berpuasa di siang harinya. Sungguh sejak matahari tenggelam pada malam itu rahmat Allah turun ke langit paling bawah. Lalu Dia berfirman Adakah orang yang meminta ampun? Niscaya akan Kuampuni. Apakah ada orang yang meminta rezeki? Niscaya ia akan Kuberi rezeki. Adakah orang yang tertimpa musibah? Niscaya aku akan membebaskannya. Adakah demikian dan adakah demikian?’ Hal itu berlangsung hingga terbit fajar.” HR Ibnu Majah dari Ali ra.Ilustrasi berdoa. Foto ShutterstockDalam hadits yang lain, Rasulullah menjelaskan bahwa ampunan Allah akan melebihi jumlah bulu ternak kambing milik Bani Kalb. Bani Kalb sendiri merupakan kabilah yang paling banyak memiliki ternak kambing. Nabi Muhammad SAW bersabda“Sungguh pada malam Nisfu Syaban Allah SWT menurunkan rahmat-Nya ke langit yang paling bawah untuk memberi ampunan kepada orang-orang yang banyaknya melebihi bilangan bulu ternak kambing milik Kalb”.Nah itulah pengertian malam Nisfu Syaban dan keutamaannya. Sebagai catatan, Syaban secara keseluruhan merupakan bulan yang mulia. Rasulullah SAW bahkan menyebut Syaban sebagai bulan beliau. “Sesungguhnya Rajab adalah bulan Allah, Syaban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku”.Oleh sebab itu umat Muslim juga perlu memperbanyak amal di bulan ini, bahkan setiap hari. Karena pada dasarnya Allah akan memberi rahmat dan ampunan kepada umat-Nya yang bersungguh-sungguh dalam Bulan Syaban Pengertian Malam Nisfu SyabanMengapa Nisfu Syaban adalah malam yang istimewa?
Sebenarnya banyak sekali hadits yang menjelaskan tentang keutamaan malam Nisfu sya'ban, namun banyak ulama yang menilanya dha'if. Ibnu Hibban menilai shahih sebagian hadits-haditsnya dan memasukanya dalam kitab shahihnya, Shahih Ibnu Hibban. Di antaranya sebagaimana diinformasikan oleh Al-Hafidz Ibnu Rajab adalah hadits yang diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah ra sebagai berikut قالت فقدت النبى- صلى الله عليه وسلم- فخرجت فإذا هو بالبقيع، رافع رأسه إلى السماء، فقال أكنت تخافين أن يحيف الله عليك ورسوله. فقلت يا رسول الله قد ظننت أنك أتيت بعض نسائك، فقال إن الله تعالى ينزل ليلة النصف من شعبان إلى سماء الدنيا فيغفر لأكثر من عدد شعر غنم كلب. رواه أحمد، وقال الترمذى إن البخارى ضعفه Artinya, "Aisyah ra berkata "Saya kehilangan Rasulullah saw, tiba-tiba beliau berada di Baqi’ sambil mengangkat kepala ke langit”. Beliau berkata “Apakah engkau takut engkau dizalimi oleh Allah dan Rasul-Nya?” Saya menjawab “Ya Rasulullah, saya menyangka engkau mendatangi sebagian istri engkau”. Beliau besabda “Sesungguhnya Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi turun pada malam Nisfu Sya’ban ke langit dunia, maka Allah swt mengampunkannya lebih banyak dari bulu domba Bani Kalb.” HR. Imam Ahmad. At-Tirmidzi berkata "Imam Al-Bukhari mendha'ifkan hadits ini.". Ahmad bin Muhammad bin Abu Bakar bin Abdil Malik Al-Qasthalani, Al-Mawahib Al-Laduniyah, [Kairo, Maktabah At-Taufiqiyah], juz III, halaman 300. Al-Imam Al-Qasthalani wafat 923 H menjelaskan awal mula adanya peringatan malam Nisfu Sya'ban dalam kitabnya Al-Mawahib Al-Laduniyah sebagai berikut وقد كان التابعون من أهل الشام، كخالد بن معدان، ومكحول يجتهدون ليلة النصف من شعبان فى العبادة، وعنهم أخذ الناس تعظيمها، ويقال إنه بلغهم فى ذلك آثار إسرائيلية، فلما اشتهر ذلك عنهم اختلف الناس، فمنهم من قبله منهم، وقد أنكر ذلك أكثر العلماء من أهل الحجاز، منهم عطاء، وابن أبى مليكة، ونقله عبد الرحمن بن زيد بن أسلم عن فقهاء أهل المدينة، وهو قول أصحاب مالك وغيرهم، وقالوا ذلك كله بدعة Artinya, "Tabi'in tanah Syam seperti Khalid bin Ma'dan dan Makhul, mereka bersungguh-sungguh dalam beribadah pada malam Nisfu Sya'ban. Nah dari mereka inilah orang-orang kemudian ikut mengagungkan malam Nisfu Sya'ban. Dikatakan, bahwa telah sampai kepada mereka atsar israiliyat kabar atau cerita yang bersumber dari ahli kitab, Yahudi dan Nasrani yang telah masuk Islam tentang hal tersebut. Kemudian ketika perayaan malam Nisfu Sya'ban viral, orang-orang berbeda pandangan menanggangapinya. Sebagian menerima, dan sebagian lain mengingkarinya. Mereka yang memgingkari adalah mayoritas ulama Hijaz, termasuk dari mereka Atha' dan Ibnu Abi Malikah. Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dari kalangan fuqaha' Madinah menukil pendapat bahwa perayanan malam Nisfu Sya'ban seluruhnya adalah bid'ah. Ini juga merupakan pendapat Ashab Maliki dan ulama selainnya." Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa yang mula-mula memulai peringatan malam Nisfu Sya'ban adalah segolongan ulama Tabi'in daerah Syam. Dalam arti, peringatan malam Nisfu Sya'ban belum ada pada zaman Rasulullah dan Sahabat, baru ada pada zaman Tabi'in. Peringatan malam Nisfu Sya'ban yang kini diamalkan itu dasarnya adalah mengikuti perbuatan segolongan ulama Tabi'in negeri Syam atau kini dikenal dengan negara Suriah. Teknis Peringatan Malam Nisfu Sya'ban Adapun bentuk bagaimana bentuk dan teknis peringatan malam Nisfu Sya'ban ternyata ulama Syam berbeda pendapat. Dijelaskan ada dua pendapat terkait itu. Pertama, disunahkan menghidupkan malam Nisfu Sya'ban secara jamaah di masjid. Khalid bin Ma'dan dan Lukman bin Amir mengunakan pakaian terbaik mereka, membakar dupa bukhur dan pada malam itu mereka i'tikaf di dalam masjid. Ishaq bin Rahawaih menyetujui atau tidak mengingkari apa yang mereka lakukan. Ia juga berkata "Menghidupkan malam Nisfu Sya'ban di masjid-masjid secara berjamaah bukanlah bid'ah." Pendapat ini di nukil oleh Harb Al-Karmani dalam kitab Masa'ilnya. Kedua, dimakruhkan berkumpul di dalam masjid-masjid untuk menghidupkan malam Nisfu Sya'ban dengan shalat, berdoa dan menyampaikaan kisah-kisah teladan, namun tidak dimakruhkan shalat sendiri untuk menghidupkan malam Nisfu Sya'ban. Ini adalah pendapat Imam Al-Auza'i, seorang imam, ahli fiqih dan alimnya negeri Syam. Al-Qasthalani, Al-Mawahib Al-Laduniyah, juz III, halaman 301. Demikian, di atas adalah dua pendapat yang disampaikan oleh Imam Al-Qasthalani dalam kitabnya Al-Mawahib Al-Laduniyah. Intinya, perbedaan pendapat ulama terkait teknis menghidupkan malam Nisfu Sya'ban. Sebagian ulama mengatakan sunah dikerjakan secara berjamaah, sebagian lain memakruhkan secara berjamaah, namun jika pelaksanaannya sendiri tidak makruh. Wallaahu a’lam. Ustadz Muhammad Hanif Rahman, Dosen Ma'had Aly Al-Iman Bulus dan Pengurus LBM NU Purworejo
gambar malam nisfu sya ban